RSS

Miniatur Negeri Tirai Bambu di Kota Semarang

Memasuki kawasan di sekitar Gang Pinggir dan Gang Lombok di Kota Semarang ibarat kita berada di negeri Tirai Bambu dengan skala mini. Disinilah warga keturunan Tionghoa sejak berabad-abad silam menetap di Semarang. Kawasan ini kemudian lebih di kenal Kampung Pecinan. Di Pecinan sangat kental dengan budaya Tionghoa. Hampir di setiap gang terdapat klenteng yang masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri.
Pecinan kota Semarang adalah satu blok yang dilalui sungai Mberok yang mengalir tepat membelah rumah-rumah panggung milik suku Cina lama di Semarang. Sungai ini kabarnya dulu menjadi sarana lalu lintas perdagangan antar pulau bahkan antar negara untuk komoditi-komoditi laris macam rempah-rempah, porselen, sutera, gula hingga candu. Dan sejak dulu pula suku Cina di semarang telah memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat, karena itulah pihak kolonial tak menutup mata, bahkan kemudian karena pentingnya peranan suku cina, maka pihak pemerintah kolonial mengangkat Kwee Kiau Loo sebagai pejabat kota pertama pada masa itu.

 
Sungai Mberok atau lebih dikenal dengan Kali Semarang  
 Suku Cina di Indonesia pada umumnya masih memegang teguh budaya leluhurnya. Untuk menguji pendapat ini tentu akan mudah kalau kita berada di blok Pecinan kota lama Semarang. Di blok tersebut dapat kita jumpai hiruk pikuk kegiatan mereka sehari-hari dalam bidang perdagangan. Selain itu tentu disela kegiatan rohani mereka yang dilakukan pada Sembilan kelenteng yang bertebaran pada tiap-tiap sudut jalan. Klenteng Siu Hok Bio merupakan klenteng tertua di jalan Wot Gandul Timur, klenteng Hoo Hok Bio, Klenteng Kong Tik Soe, Klenteng Tay Kak Sie yang menjadi induk bagi seluruh klenteng di Semarang, Klenteng Tong Pek Bio, Klenteng, Klenteng Tek Hay Bio, Klenteng Wie Wie Kong dan Klenteng See Hoo Kong yang terbesar di jalan Sebandar. Diluar blog Pecinan masih kita temukan Klenteng Grajen dan Klenteng Sam Poo Kong yang amat sangat terkenal itu.

 
 Klenteng Tertua di Kota SemarangSiu Hok Bio 
 
Klenteng Tay Kak Sie
 Patung Laksamana Cheng Ho (atas), Kapal di Kali Semarang yang berada tepat di depan Klenteng Tay Kak Sie (bawah)
Kawasan Pecinan kota Semarang di siang hari sangat ramai dengan beragam aktivitas perdagangan, dan yang menjadi catatan penting di sini adalah suasana nyaman atas pembauran antar sukunya (Cina-Jawa). Gambaran menarik ini jelas tersaji di sepanjang jalan Gang Pinggir yang dipenuhi mobil yang sedang menaikkan dan menurunkan barang-barang dagangan. Berbeda dengan siang hari, ketika malam hari tiba, suasana sepanjang gang Pinggir akan berubah. Jalanan diramaikan para penikmat kuliner. Di sana sini tampak bermunculan para pedagang makanan yang menawarkan menu khas Cina maupun jawa, dari yang halal hingga yang non halal. Sajian sate, soto semarang, tahu gimbal, angsle, ronde, kee kian, hi pio (perut ikan) hwa sen dang (bubur kacang tanah yang manis dan lezat) atau lumpia, jajanan yang menjadi salah satu ikon kota ini. 
 Kawasan Pecinan Semarang di siang hari

 
 Kawasan Pecinan Semarang di malam hari
Coba nikmatilah nuansa unik Pecinan kota Semarang terutama pada waktu akhir pekan. Dijamin anda akan sangat menikmati kekhasan sudut kota Semarang yang telah berusia ratusan tahun itu. Semalat Melancong ria teman2 :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar