RSS

OSPEK part 2

Cerita lainnya…..

Jam 5 pagi sudah harus di kampus. Panitia sudah berseliweran hingga radius 100 meter dari pagar kampus, hingga gang-gang kecil. Entah mereka bangun jam berapa. Peserta ospek tidak diperbolehkan membawa kendaraan, kalapun diantar hanya boleh sampai radius 100 meter dari kampus. Baru saja saya keluar dari pintu kost sudah diteriaki panitia.
Oiii kamu…cepaaaat…cepaaaaat…sudah jam berapa ini”
Suara berisik kresek biru, tas wajib bagi peserta yang berisi air mineral, nasi bungkus, peralatan ibadah, peralatan menulis, makalah, berbaur bersama langkah kaki yang terburu-buru, juga teriakan panitia memecah subuh. Pantas saja semua orang di sekitar kampus teknik tahu ospek teknik. Sudah tradisi rupanya. Dan sepertinya tidak ada yang merasa terganggu.
Semua peserta terlihat sama, semua memakai baju putih dan celana panjang putih, dengan ikat pinggang berwarna gelap serta sepatu sport. Yang laki-laki seragam dengan cukuran 1-1-1 ala tentara, yang perempuan, yang tidak berkerudung, rambutnya diikat karet gelang. Rutinitas pagi dumulai dengan senam pemanasan. Kemudian dilanjutkan dengan lari keliling kampus sambil meneriakkan yel-yel yang saya rasa terlalu sederhana, benar-benar tidak indah, terlalu keteknikan. Masak yel-yelnya cuma 1…2…3…TEKNIK. Begitu saja. Entah maknanya apa. Beberapa senior yang saya tanyakan juga tidak bisa memberi jawaban yang jelas.
Kemudian acara berlanjut dengan evaluasi pagi, rangkaian kegiatan yang mungkin paling dibenci peserta. Tiga orang panitia bertindak sebagai evaluator, satu center yang memimpin jalannya evaluasi dan 2 wing yang menguatkan kata-kata center atau meyambung kata-kata center ketika center kehabisan kata-kata, satu panitia bertindak sebagai timer, satu panitia sebagai penanggung jawab yang bertindak mengawasi jalannya evaluasi agar tidak melenceng dari konsep maupun teknis, dan entah berapa ratus sweeper yang mengelilingi peserta. Biasanya evaluator bertampang benar-benar sangar, biasanya berambut gondrong, dengan muka yang benar-benar masam, seperti orang yang baru putus cinta saja. Evaluasi selalu dibuka dengan kata-kata yang hampir selalu sama.
“Bagi yang merasa sakit, yang merasa jantungan, yang asma, harap segera meninggalkan ruangan ini.”
Beberapa peserta yang memiliki penyakit asma atau jantung biasanya meninggalkan ruangan. Peserta dengan penyakit asma jantung dan teman-temannya ditandai dengan pita merah pada lengan kanan, Lalu dilanjutkan dengan kata-kata yang bernada sangat bijak, juga hampir selalu sama.
“Kami sangat bangga dengan kehadiran teman-teman di sini…walaupun lelah, dan mungkin kesal, teman-teman tetap bersemangat mengikuti kegiatan ini…”
Sampai disitu berhenti sejenak. Suasana benar-benar hening. Kemudian suara mulai meninggi. Otot-otot punggung peserta mulai menegang bersiap menghadapi teriakan sweeper yang menusuk sampai ke hati. Saya biasanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan ketika fase ini dimulai.
“Tapi kami benar-benar kecewa…lagi-lagi kalian melakukan kesalahan di tempat yang sama…kami punya datanya.”
Biasanya center mengacungkan kertas yang dibawanya. Entah memang mereka punya datanya atau tidak. Entahlah. Lalu suara pun memuncak.
“Bagi siapa saja yang merasa melakukan kesalahan pagi ini harap berdiri.”
Suara center memuncak lalu disambut oleh teriakan dari ratusan sweeper yang mengelilingi peserta. Suasana benar-benar gaduh. Biasanya ada saja peserta yang semaput pada fase ini, ada juga yang pura-pura semaput. Saya sebenarnya ingin juga semaput sehingga bisa melewatkan acara evaluasi ini. Tapi saya tidak punya keahlian untuk berakting, juga tidak pernah benar-benar semaput. Jadi saya memikirkan hal-hal yang menyenangkan saja. Kemudian suasana tenang kembali, lalu naik lagi, tenang lagi, kemudian naik lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhir evaluasi. Dan selalu saja ada yang semaput ketika tensi meninggi, juga yang pura-pura semaput.
Yang jelas selalu saja ada yang salah misalnya telat datang atau lupa membawa keplek. Keplek itu tanda identitas dari kertas buffalo biru berukuran 15 x 20 cm berisi foto, nama, nomor kelompok dan jurusan yang dilaminating kemudian digantungkan di dada dengan tali kasur. Membuat keplek itu benar-benar ribet, ukurannya harus pas, ukuran tulisan juga harus pas, lebih satu mili saja tidak bakal disahkan. Berkali-kali saya membuat benda yang satu ini. Ada saja salahnya. Tapi ada trik ampuh untuk mengatasi masalah pengesahan keplek ini. Datang saja dimalam terakhir pengesahan. Biasanya pos pengesahan keplek buka tiap hari hingga jam 8 malam sampai datangnya hari berlangsungnya ospek. Selama bentuknya terlihat sesuai dengan ketentuan maka panitia mau tidak mau harus mau mengesahkan keplek itu. Selama ospek berlangsung hingga selesai, setidaknya ada 2 keplek yang harus dibuat. Tiap rangkaian acara memliki keplek yang berbeda, misal keplek untuk ospek jurusan berbeda dengan ospek fakultas. Bahkan pada masa perkuliahan pun, peserta ospek harus terus memakai tanda identitas, walaupun bentuknya bukan keplek lagi namun name tag sesuai ciri khas jurusan masing-masing.
Acara kemudian dilanjutkan dengan materi mengenai nilai-nilai ideal yang biasanya diisi oleh senior-senior yang dianggap punya kompetensi. Suasana menjadi lebih santai. Teman-teman yang berpita merah juga yang semaput atau pura-pura semaput saat evaluasi biasanya sudah kembali masuk ruang. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sampai saat adzan dzuhur datang.
Selanjutnya beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Peserta diwajibkan membawa 2 botol air mineral 1.5 liter. Yang satu digunakan untuk air minum sedangkan yang satu digunakan untuk bersuci. Setelah beribadah kemudian makan bersama. Makan nasi teknik. Nasi putih, lalapan, telur rebus, tempe atau tahu goreng atau boleh kedua-duanya tanpa sambal atau kuah. Benar-benar tidak ada rasanya. Hambar. Semua penjual makanan di seputaran kampus teknik tahu apa itu nasi teknik. Dan makanan itu harus habis, jika ada yang tidak habis maka peserta yang lain harus membantu menghabiskan makanan itu.
Pernah pada waktu krida terakhir menu yang saya dapatkan bukannya nasi teknik melainkan hanya nasi dan martabak. Hmmm, enak sekali, tapi saya makannya harus ditutupi soalnya kalau ketauan panitia pasti mereka marah. Terbayang omongan mbak-mbak sangar di depan “kebersamaanmu mana dek, yang lain makan nasi teknik kok kamu makan martabak sendiri. Ini aaa yang namanya anak teknik, MANJA!!”(hehehe.., sampai hafal saya tiap omongan yang keluar)
Setelah beribadah dan makan, acara dilanjutkan dengan materi sesi ke-2 yang juga sesuai dengan makalah yang kami tuliskan sehari sebelumnya. Materi yang dibawakan memang selalu menarik. Tidak pernah kami dengar disekolahan. Mengandung istilah-istilah yang keren. Idealisme, agent of social control, agent of change. Terkadang juga ada pemutaran film-film yang berkaitan dengan materi. Walaupun memang jalannya diskusi tidak selancar materi pertama karena peserta biasanya lebih pasif karena kelelahan. Banyak yang menguap dalam, bahkan banyak juga yang tertidur. Yang nantinya hal itu akan menjadi bahasan utama ketika berlangsungnya evaluasi sore.
Kegiatan ospek dalam sehari diakhiri dengan evaluasi sore. Yang berlangsung seperti halnya evaluasi pagi. Teman-teman yang berpita meninggalkan ruangan. Ketika tensi meninggi, ada yang semaput, ada juga yang pura-pura semaput. Saya, yang tidak semaput, dan tidak bisa berakting semaput hanya bisa membayangkan hal-hal yang menyenangkan saja. Setelah ashar baru peserta diperbolehkan meninggalkan ruangan setelah pemberian tema materi untuk hari selanjutnya yang menjadi dasar bagi kami untuk menyusun makalah. Namun bukan berarti bisa langsung pulang. Ada saja yang harus dikoordinasikan oleh peserta yang sebagian besar antar jurusan. Setelah magrib baru benar-benar bisa pulang dan Jam 12 malam baru bisa benar-benar tidur, tidur yang tidak tenang.
Waktu-waktu yang melelahkan secara fisik dan psikologis. Perasaan benar-benar tercampur aduk tidak karuan. Marah, lelah, mangkel, kesal, pasrah jadi satu. Namun segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Hanya dalam waktu yang tidak lama, tidak sampai setengah bulan, saya memiliki sangat banyak teman, yang benar-benar teman. Yang tidak hanya bisa diajak tertawa tapi juga bisa diajak menangis. Yang tidak hanya bisa diajak senang tapi juga susah.
Lalu ada satu hal juga yang berkesan bagi saya selama mengikuti ospek di teknik. Walaupun memang tidak ada hari yang berlalu tanpa tekanan, bentakan dan kata-kata yang tidak menyenangkan serta sekali-sekali ada kontak fisik yang masih dalam batas-batas kewajaran namun tidak ada hal-hal konyol semisal nama panggilan konyol disertai gerakan-gerakan yang tidak kalah konyolnya yang biasanya saya temukan pada ospek-ospek yang saya ikuti sebelumnya. Juga tidak ada tugas-tugas, hukuman maupun peralatan-peratalan yang juga tidak kalah konyolnya. Semua berjalan wajar sesuai dengan kebutuhan. Kalau pun ada yang aneh, bagi saya keplek lah yang paling aneh. Bukan karena bentuknya. Yang pertama itu masalah nama, bagi saya keplek itu nama yang terdengar aneh dan menggelikan. Yang kedua masalah presisi. Pernah saya tanyakan ketika berkali-kali saya ditolak dalam pengesahan keplek. Toh lebih satu mili tidak bakal kelihatan.
Krida yang saya lakukan tidak berjalan sempurna setiap minggu. Soalnya pada waktu angkatan 2009 kridanya ada campur tangan dari dekanat. Tidak murni mahasiswa. Namun ospek secara resmi masih belum berakhir. Yang kemudian berujung pada sebuah kegiatan yang bernama KKM (Kemah Kerja Mahasiswa). Peserta ospek selama seminggu akan dibawa ke desa terpencil. Inti acaranya yaitu pengabdian masyarakat. Biasanya yang dikerjakan adalah proyek pemipaan, menyalurkan air ke desa yang belum tersentuh oleh perusahaan air minum.
Sepulang dari kegiatan ini semua peserta maupun panitia terlihat berwajah sumringah walaupun lelah masih tergambar jelas di wajah. Rasanya seperti ada beban berat yang terlepaskan. Bagi peserta, berakhirnya ospek berarti berakhir juga peraturan-peraturan yang selama satu semester benar-benar membatasi ruang gerak. Sedangkan bagi panitia, berakhirnya ospek berarti saatnya melepas topeng yang selama satu semester melekat erat di muka mereka. Topeng yang entah rela atau terpaksa mereka kenakan. Yang karena topeng itu mereka dimusuhi sebagian besar peserta ospek. Topeng yang selama dua tahun ini mungkin saya pakai. Dan yang jelas rasa persahabatan kami bertambah erat. Ya…begitulah ospek. 

 upacara pemberangkatan KKM XXXII

 dari kiri ke kanan ---> Keplek Fakultas, nametag Jurusan (saat perkuliahan), Keplek Jurusan

 Keplek Tenda KKM :))

 Keplek badan dan Tas KKM XXXII 

 baju KKMkuuuuuuu :3

 berani kotor itu baik preeeeeeeen :D

Cerita ini selalu menjadi bahan obrolan tak lekang jaman saat bertemu sahabat-sahabat lama ataupun saat cerita pada anak2 saya nanti :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS