Cerita lainnya…..
Jam 5 pagi sudah harus di kampus. Panitia sudah berseliweran
hingga radius 100 meter dari pagar kampus, hingga gang-gang kecil. Entah mereka
bangun jam berapa. Peserta ospek tidak diperbolehkan membawa kendaraan, kalapun
diantar hanya boleh sampai radius 100 meter dari kampus. Baru saja saya keluar
dari pintu kost sudah diteriaki panitia.
“Oiii kamu…cepaaaat…cepaaaaat…sudah
jam berapa ini”
Suara berisik kresek biru, tas wajib bagi peserta yang berisi air
mineral, nasi bungkus, peralatan ibadah, peralatan menulis, makalah, berbaur
bersama langkah kaki yang terburu-buru, juga teriakan panitia memecah subuh.
Pantas saja semua orang di sekitar kampus teknik tahu ospek teknik. Sudah
tradisi rupanya. Dan sepertinya tidak ada yang merasa terganggu.
Semua peserta terlihat sama, semua memakai baju putih dan celana
panjang putih, dengan ikat pinggang berwarna gelap serta sepatu sport. Yang
laki-laki seragam dengan cukuran 1-1-1 ala tentara, yang perempuan, yang tidak
berkerudung, rambutnya diikat karet gelang. Rutinitas pagi dumulai dengan senam
pemanasan. Kemudian dilanjutkan dengan lari keliling kampus sambil meneriakkan
yel-yel yang saya rasa terlalu sederhana, benar-benar tidak indah, terlalu
keteknikan. Masak yel-yelnya cuma 1…2…3…TEKNIK. Begitu saja. Entah maknanya
apa. Beberapa senior yang saya tanyakan juga tidak bisa memberi jawaban yang
jelas.
Kemudian acara berlanjut dengan evaluasi pagi, rangkaian kegiatan
yang mungkin paling dibenci peserta. Tiga orang panitia bertindak sebagai
evaluator, satu center yang memimpin
jalannya evaluasi dan 2 wing yang
menguatkan kata-kata center atau meyambung kata-kata center ketika center kehabisan kata-kata, satu panitia
bertindak sebagai timer, satu panitia
sebagai penanggung jawab yang bertindak mengawasi jalannya evaluasi agar tidak
melenceng dari konsep maupun teknis, dan entah berapa ratus sweeper yang mengelilingi peserta.
Biasanya evaluator bertampang benar-benar sangar, biasanya berambut gondrong,
dengan muka yang benar-benar masam, seperti orang yang baru putus cinta saja.
Evaluasi selalu dibuka dengan kata-kata yang hampir selalu sama.
“Bagi yang merasa sakit, yang merasa jantungan, yang asma, harap
segera meninggalkan ruangan ini.”
Beberapa peserta yang memiliki penyakit asma atau jantung biasanya
meninggalkan ruangan. Peserta dengan penyakit asma jantung dan teman-temannya ditandai
dengan pita merah pada lengan kanan, Lalu dilanjutkan dengan kata-kata yang
bernada sangat bijak, juga hampir selalu sama.
“Kami sangat bangga dengan kehadiran teman-teman di sini…walaupun
lelah, dan mungkin kesal, teman-teman tetap bersemangat mengikuti kegiatan
ini…”
Sampai disitu berhenti sejenak. Suasana benar-benar hening.
Kemudian suara mulai meninggi. Otot-otot punggung peserta mulai menegang
bersiap menghadapi teriakan sweeper
yang menusuk sampai ke hati. Saya biasanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan
ketika fase ini dimulai.
“Tapi kami benar-benar kecewa…lagi-lagi kalian melakukan kesalahan
di tempat yang sama…kami punya datanya.”
Biasanya center mengacungkan kertas yang dibawanya. Entah memang
mereka punya datanya atau tidak. Entahlah. Lalu suara pun memuncak.
“Bagi siapa saja yang merasa melakukan kesalahan pagi ini harap
berdiri.”
Suara center memuncak
lalu disambut oleh teriakan dari ratusan sweeper
yang mengelilingi peserta. Suasana benar-benar gaduh. Biasanya ada saja peserta
yang semaput pada fase ini, ada juga yang pura-pura semaput. Saya sebenarnya
ingin juga semaput sehingga bisa melewatkan acara evaluasi ini. Tapi saya tidak
punya keahlian untuk berakting, juga tidak pernah benar-benar semaput. Jadi
saya memikirkan hal-hal yang menyenangkan saja. Kemudian suasana tenang
kembali, lalu naik lagi, tenang lagi, kemudian naik lagi. Begitu berulang-ulang
sampai akhir evaluasi. Dan selalu saja ada yang semaput ketika tensi meninggi,
juga yang pura-pura semaput.
Yang jelas selalu saja ada yang salah misalnya telat datang atau
lupa membawa keplek. Keplek itu tanda identitas dari kertas buffalo biru
berukuran 15 x 20 cm berisi foto, nama, nomor kelompok dan jurusan yang
dilaminating kemudian digantungkan di dada dengan tali kasur. Membuat keplek
itu benar-benar ribet, ukurannya harus pas, ukuran tulisan juga harus pas,
lebih satu mili saja tidak bakal disahkan. Berkali-kali saya membuat benda yang
satu ini. Ada saja salahnya. Tapi ada trik ampuh untuk mengatasi masalah pengesahan
keplek ini. Datang saja dimalam terakhir pengesahan. Biasanya pos pengesahan
keplek buka tiap hari hingga jam 8 malam sampai datangnya hari berlangsungnya
ospek. Selama bentuknya terlihat sesuai dengan ketentuan maka panitia mau tidak
mau harus mau mengesahkan keplek itu. Selama ospek berlangsung hingga selesai,
setidaknya ada 2 keplek yang harus dibuat. Tiap rangkaian acara memliki keplek
yang berbeda, misal keplek untuk ospek jurusan berbeda dengan ospek fakultas.
Bahkan pada masa perkuliahan pun, peserta ospek harus terus memakai tanda
identitas, walaupun bentuknya bukan keplek lagi namun name tag sesuai ciri khas jurusan masing-masing.
Acara kemudian dilanjutkan dengan materi mengenai nilai-nilai
ideal yang biasanya diisi oleh senior-senior yang dianggap punya kompetensi. Suasana
menjadi lebih santai. Teman-teman yang berpita merah juga yang semaput atau
pura-pura semaput saat evaluasi biasanya sudah kembali masuk ruang. Lalu
dilanjutkan dengan diskusi sampai saat adzan dzuhur datang.
Selanjutnya beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Peserta
diwajibkan membawa 2 botol air mineral 1.5 liter. Yang satu digunakan untuk air
minum sedangkan yang satu digunakan untuk bersuci. Setelah beribadah kemudian
makan bersama. Makan nasi teknik. Nasi putih, lalapan, telur rebus, tempe atau
tahu goreng atau boleh kedua-duanya tanpa sambal atau kuah. Benar-benar tidak
ada rasanya. Hambar. Semua penjual makanan di seputaran kampus teknik tahu apa
itu nasi teknik. Dan makanan itu harus habis, jika ada yang tidak habis maka
peserta yang lain harus membantu menghabiskan makanan itu.
Pernah pada waktu krida terakhir menu yang saya dapatkan bukannya
nasi teknik melainkan hanya nasi dan martabak. Hmmm, enak sekali, tapi saya
makannya harus ditutupi soalnya kalau ketauan panitia pasti mereka marah. Terbayang
omongan mbak-mbak sangar di depan “kebersamaanmu mana dek, yang lain makan nasi
teknik kok kamu makan martabak sendiri. Ini aaa yang namanya anak teknik,
MANJA!!”(hehehe.., sampai hafal saya tiap omongan yang keluar)
Setelah beribadah dan makan, acara dilanjutkan dengan materi sesi
ke-2 yang juga sesuai dengan makalah yang kami tuliskan sehari sebelumnya.
Materi yang dibawakan memang selalu menarik. Tidak pernah kami dengar
disekolahan. Mengandung istilah-istilah yang keren. Idealisme, agent of social control, agent of change. Terkadang juga
ada pemutaran film-film yang berkaitan dengan materi. Walaupun memang jalannya
diskusi tidak selancar materi pertama karena peserta biasanya lebih pasif
karena kelelahan. Banyak yang menguap dalam, bahkan banyak juga yang tertidur.
Yang nantinya hal itu akan menjadi bahasan utama ketika berlangsungnya evaluasi
sore.
Kegiatan ospek dalam sehari diakhiri dengan evaluasi sore. Yang
berlangsung seperti halnya evaluasi pagi. Teman-teman yang berpita meninggalkan
ruangan. Ketika tensi meninggi, ada yang semaput, ada juga yang pura-pura
semaput. Saya, yang tidak semaput, dan tidak bisa berakting semaput hanya bisa
membayangkan hal-hal yang menyenangkan saja. Setelah ashar baru peserta
diperbolehkan meninggalkan ruangan setelah pemberian tema materi untuk hari
selanjutnya yang menjadi dasar bagi kami untuk menyusun makalah. Namun bukan
berarti bisa langsung pulang. Ada saja yang harus dikoordinasikan oleh peserta
yang sebagian besar antar jurusan. Setelah magrib baru benar-benar bisa pulang
dan Jam 12 malam baru bisa benar-benar tidur, tidur yang tidak tenang.
Waktu-waktu yang melelahkan secara fisik dan psikologis. Perasaan
benar-benar tercampur aduk tidak karuan. Marah, lelah, mangkel, kesal, pasrah
jadi satu. Namun segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Hanya dalam waktu yang
tidak lama, tidak sampai setengah bulan, saya memiliki sangat banyak teman,
yang benar-benar teman. Yang tidak hanya bisa diajak tertawa tapi juga bisa
diajak menangis. Yang tidak hanya bisa diajak senang tapi juga susah.
Lalu ada satu hal juga yang berkesan bagi saya selama mengikuti
ospek di teknik. Walaupun memang tidak ada hari yang berlalu tanpa tekanan,
bentakan dan kata-kata yang tidak menyenangkan serta sekali-sekali ada kontak
fisik yang masih dalam batas-batas kewajaran namun tidak ada hal-hal konyol
semisal nama panggilan konyol disertai gerakan-gerakan yang tidak kalah
konyolnya yang biasanya saya temukan pada ospek-ospek yang saya ikuti
sebelumnya. Juga tidak ada tugas-tugas, hukuman maupun peralatan-peratalan yang
juga tidak kalah konyolnya. Semua berjalan wajar sesuai dengan kebutuhan. Kalau
pun ada yang aneh, bagi saya keplek lah yang paling aneh. Bukan karena
bentuknya. Yang pertama itu masalah nama, bagi saya keplek itu nama yang
terdengar aneh dan menggelikan. Yang kedua masalah presisi. Pernah saya
tanyakan ketika berkali-kali saya ditolak dalam pengesahan keplek. Toh lebih satu mili tidak bakal
kelihatan.
Krida yang saya lakukan tidak berjalan sempurna setiap minggu. Soalnya
pada waktu angkatan 2009 kridanya ada campur tangan dari dekanat. Tidak murni
mahasiswa. Namun ospek secara resmi masih belum berakhir. Yang kemudian
berujung pada sebuah kegiatan yang bernama KKM (Kemah Kerja Mahasiswa). Peserta
ospek selama seminggu akan dibawa ke desa terpencil. Inti acaranya yaitu
pengabdian masyarakat. Biasanya yang dikerjakan adalah proyek pemipaan,
menyalurkan air ke desa yang belum tersentuh oleh perusahaan air minum.
Sepulang dari kegiatan ini semua peserta maupun panitia terlihat
berwajah sumringah walaupun lelah masih tergambar jelas di wajah. Rasanya
seperti ada beban berat yang terlepaskan. Bagi peserta, berakhirnya ospek
berarti berakhir juga peraturan-peraturan yang selama satu semester benar-benar
membatasi ruang gerak. Sedangkan bagi panitia, berakhirnya ospek berarti
saatnya melepas topeng yang selama satu semester melekat erat di muka mereka.
Topeng yang entah rela atau terpaksa mereka kenakan. Yang karena topeng itu
mereka dimusuhi sebagian besar peserta ospek. Topeng yang selama dua tahun ini
mungkin saya pakai. Dan yang jelas rasa persahabatan kami bertambah erat. Ya…begitulah ospek.
upacara pemberangkatan KKM XXXII
dari kiri ke kanan ---> Keplek Fakultas, nametag Jurusan (saat perkuliahan), Keplek Jurusan
Keplek Tenda KKM :))
Keplek badan dan Tas KKM XXXII
baju KKMkuuuuuuu :3
berani kotor itu baik preeeeeeeen :D
0 komentar:
Posting Komentar