Pembinaan atau yang akrab disebut Ospek dan Fakultas Teknik itu sejenis
berhubungan simbiosis mutualisme. Setidaknya seperti itu yang terjadi di kampus
saya. Entahlah di kampus lain sama seperti itu juga atau tidak. Semacam “manunggal
kawulo gusti” kalau dalam falsafah
Jawa. Bicara teknik ya harus bicara
ospek. Bicara ospek ya pasti teknik.
Bahkan ketika sudah lulus nanti, lalu bertemu teman semasa kuliah, tema ospek
menjadi salah satu tema yang paling populer untuk dibicarakan. Saya
mengkategorikan kisah ospek ini sebagai kisah tragedi komedi atau bisa juga
masuk genre horror komedi. Ya kesal ya sedih ya capek ya makan hati ya mangkel tapi benar-benar berkesan dan
akan selalu dikenang. J
Ya teknik dan ospek itu
seperti sepasang kekasih. Seperti romeo dan juliet. Dan bukan hanya civitas akademika
teknik saja yang tahu itu. Mahasiswa dari fakultas lain juga tahu, penjual
makanan di sekitar kampus tahu, tukang cukur juga tahu, penjual nasi goreng di
depan SD Ketawang Gede 2 juga tahu, begitu juga pemilik kios-kios depan kampus,
pemilik wartel, pemilik warnet, pemilik rental komputer, juga bapak kost, ibu
kost, anak-anak pemilik kost, tetangga-tetangga kost, apalagi teman-teman kost.
Awalnya saya heran juga kenapa acara ospek bisa setenar itu.
Memang ketika saya masuk ke perguruan tinggi, masalah ospek sedang
hangat-hangatnya diperdebatkan diberbagai media, dikarenakan kejadian
menyedihkan yang terjadi di salah satu Sekolah Tinggi milik pemerintah. Tapi
hal tersebut sepertinya tidak berpengaruh banyak di fakultas teknik. Ospek
tetap berjalan sesuai tradisi.
Saya masih ingat hari pertama menginjakan kaki di Malang. Saat itu
saya belum memiliki kost, jadi saya menumpang di rumah temen baik saya waktu
SMA di Kerto Raharjo. Kebetulan rumah temen saya ini juga merupakan kos-kosan
yang cukup besar.
“Kuliah dimana dek?”
“Di Brawijaya, ambil PWK
mbak,” jawab saya.
“PWK itu apa?” (ini
adalah pertanyaan yang paling sering saya dengar jika berkenalan dengan orang
baru ataupun dengan sanak keluarga jika ditanya tentang kuliah, bahkan hingga
saya telah memasuki tahun terakhir dikampus). ==”
“PWK itu Perencanaan
wilayah dan Kota mbak, Planologi itu lho”
“Wah…teknik ya…siap-siap
diospek nih,” katanya lagi sambil
tersenyum lebar.
Saya juga tersenyum tapi tidak lebar. Tersenyum bingung. Saya ke
sini mau kuliah bukan mau ospek. Toh
ospek itu kan masalah biasa. Seingat saya selama bersekolah, cuma masuk TK dan
SD saja yang tidak ada ospeknya. Masuk SMP diospek, SMA juga diospek.
Lalu sebulan setelah itu, tepatnya setelah daftar ulang di Bulan
Mei 2009 (daftar ulang dulu coy!!!) kemudian saya mendapatkan kost di gang
Kerto Sari, Cuma 10 menit berjalan kaki dari kampus dan gak jauh dari rumah
temen saya di Kerto Raharjo. Sebenarnya saya merasa kerasan juga tinggal di
rumah temen saya. Bahkan oleh orang tua disuruh ngeKos disana, namun apa daya,
Kos-kosan milik temen saya itu sudah penuh. Masak iya saya harus tidur diruang
TV terus. Gak mungkin kan.
“Ambil jurusan apa mbak?” tanya Maknyak, penjaga kost yang
badannya tinggi besar seperti pegulat professional
“PWK buk,” jawab saya.
“PWK itu apa?” (tu kan bener, ditanya lagi)
“PWK itu Perencanaan
wilayah dan Kota mbak, Planologi itu lho”
“Wah…bakal sibuk ospek nih…
ntar kalau butuh nasi teknik bilang saja,” kata Maknyak..
“Ospeknya teknik itu yang paling lama, satu semester,” lanjutnya.
Lagi-lagi saya tersenyum bingung. Kenapa masalah ospek lagi yang
dibicarakan. Lalu nasi teknik itu nasi model apa. Dan tidak hanya maknyak saja
yang berbicara demikian. David anak Ibu kost yang masih kelas 6 juga, Mbak riri
yang kuliah di Fakultas peternakan juga, nalsa sama Asti juga, teman-teman di
kamar bawah juga. Semuanya berbicara senada, kecuali bapak kost, yang memang
pendiam, tidak banyak bicara. Perasaan saya kok
jadi tidak enak, deg-degan, antara penasaran dan takut.
Karena saya diterima lewat jalur PMDK, jadi waktu itu sekitar awal
bulan Agustus saya sudah berada di Malang. Sudah kenalan sama teman sejurusan
yang kenal dari Facebook. Dan sudah dengar desas desus menakutkan tentang ospek
dari anak teman mama yang kebetulan satu fakultas juga.
Bahkan sebelum ospeknya dimulai fakultas tercinta sudah
melaksanakan kegiatan pra ospek atau yang biasa mbak-mbak kos sebut pendataan. Isinya
ya kurang lebih sama lah. Saya yang pada waktu itu baru mengambil jas almamater
di rektorat (dan ternyata tidak dapat karena ukuran yang XL masih belum ada
-.-) tiba-tiba dikejutkan oleh teman baru saya yang bilang kalau aka nada briefing
tentang kegiatan yang akan dilakukan besok. Kita berdua yang pada waktu itu berjalan
di sekitar gedung Elektro pun dicegat sama mbak-mbak judes yang sok tengil.
“Teknik ya?”, tanyanya sengak
“ii, ya mbak”, jawabku polos
Dialog percakapan lebih detailnya lupa saya, intinya kita berdua
diajak ke ruangan yang isinya mbak-mbak serem yang belum pernah saya liat
sebelumnya. ada yang saya kenal ternyata. Salah satu diantara mereka kakak
kelas waktu SMA, makanya saya agak selengekan waktu bertatapan mata sama dia. Mbaknya
malah kikuk, dan temen disebelahnya malah membektak saya . “ETIKANYA LHO DEK”.
Mampussss, piker saya waktu itu. Masuk kandang macan beneran ini.
Lalu saya dan temen saya dikasih petunjuk ruangan tempat kita
besok pagi diruh datang dan barang bawaan apa saja yang wajib dibawa. Dan satu
lagi kami berdua dikasih peta lokasi pusat informasi MABA TEKNIK a.k.a Mading
Biru Teknik J
IQ saya yang dasarnya lemah ya mana ingat apa yang disebutin
mbak-mbak serem tadi, ya udah deh jadinya malah neror temen saya itu yang
kebetulan kosnya emang deket dari Mading Biru. Jadi bisa update informasi
kapanpun.
Pagi itu saya dan temen saya dapat shift 1, yaitu masuk jam 7 pagi
di depan Gedung Elektro (sesuai tulisan di Mading Biru).
“Mbak-mbak yang ngasih tau kita telat kayaknya, kataku pada
beberapa temen, bukan hanya temen satu jurusan saja karena waktu itu saya juga
satu shift dengan anak industry, TIF dan juga pengairan.
Kita yang gak boleh bawa HP dan Jam tangan (masih lugu coyyyy)
nyantai aja pas disuruh ngikuti mbaknya ke gedung tak dikenal (Gedung Baru
Arsitek). Gak taunya kita malah dimarah-marahin, dibilang kelamaan dandan
makanya telat semua. Seperti dugaan saya, ospek itu ya ospek meskipun namanya diganti pendataan kek, brifing personal
kek atau nama-nama lainnya. Begitulah ospek. Lelah, makan hati, mangkel, kesal,
pasrah.
Tidak hanya berhenti disitu saja. Setelah diruangan tersebut kita
digilir masuk dari satu ruang ke ruang lainnya. Pasti tau semualah alurnya :D
Kemudian siannya tidak bisa langsung istirahat karena ada kegiatan
pegesahan keplek (tanda pengenal) fakultas dan jurusan. Keplek fakultas sih gak
masalah, keplek jurusan ini yang bikin klepek-klepek. Gak jadi-jadi. Ukurannya gak
proporsional, kertasnya salah salah lah… zzzzzz..
Sayang pada waktu hari H pelaksanaan OSPEK, tanggal 18 Agustus
2009. Secara mengejutkan ProbinMaba fakultas teknik ditiadakan. Kita malah
disuruh pulang kerumah masing-masing. Ya namanya anak baru lulus SMA, gak jadi
OSPEK ya seneng banget lah. Hehehe
(jika ada yang kurang berkenan, saya mohon
maaf, ini cerita saya pada saat masih lugu, polos bin gak tau apa-apa)
♉(‾⌣‾)♉
putih-putih dibelakang dengan tas kresek biru, It's me TEKNIK :)