RSS

OSPEK part 1


Pembinaan atau yang akrab disebut Ospek dan Fakultas Teknik itu sejenis berhubungan simbiosis mutualisme. Setidaknya seperti itu yang terjadi di kampus saya. Entahlah di kampus lain sama seperti itu juga atau tidak.  Semacam “manunggal kawulo gusti”  kalau dalam falsafah Jawa. Bicara teknik ya harus bicara ospek. Bicara ospek ya pasti teknik. Bahkan ketika sudah lulus nanti, lalu bertemu teman semasa kuliah, tema ospek menjadi salah satu tema yang paling populer untuk dibicarakan. Saya mengkategorikan kisah ospek ini sebagai kisah tragedi komedi atau bisa juga masuk genre horror komedi. Ya kesal ya sedih ya capek ya makan hati ya mangkel tapi benar-benar berkesan dan akan selalu dikenang. J
Ya teknik dan ospek itu seperti sepasang kekasih. Seperti romeo dan juliet. Dan bukan hanya civitas akademika teknik saja yang tahu itu. Mahasiswa dari fakultas lain juga tahu, penjual makanan di sekitar kampus tahu, tukang cukur juga tahu, penjual nasi goreng di depan SD Ketawang Gede 2 juga tahu, begitu juga pemilik kios-kios depan kampus, pemilik wartel, pemilik warnet, pemilik rental komputer, juga bapak kost, ibu kost, anak-anak pemilik kost, tetangga-tetangga kost, apalagi teman-teman kost.
Awalnya saya heran juga kenapa acara ospek bisa setenar itu. Memang ketika saya masuk ke perguruan tinggi, masalah ospek sedang hangat-hangatnya diperdebatkan diberbagai media, dikarenakan kejadian menyedihkan yang terjadi di salah satu Sekolah Tinggi milik pemerintah. Tapi hal tersebut sepertinya tidak berpengaruh banyak di fakultas teknik. Ospek tetap berjalan sesuai tradisi.
Saya masih ingat hari pertama menginjakan kaki di Malang. Saat itu saya belum memiliki kost, jadi saya menumpang di rumah temen baik saya waktu SMA di Kerto Raharjo. Kebetulan rumah temen saya ini juga merupakan kos-kosan yang cukup besar.
 “Kuliah dimana dek?”
“Di Brawijaya, ambil PWK mbak,” jawab saya.
“PWK itu apa?” (ini adalah pertanyaan yang paling sering saya dengar jika berkenalan dengan orang baru ataupun dengan sanak keluarga jika ditanya tentang kuliah, bahkan hingga saya telah memasuki tahun terakhir dikampus). ==”
“PWK itu Perencanaan wilayah dan Kota mbak, Planologi itu lho”
Wah…teknik ya…siap-siap diospek nih,” katanya lagi sambil tersenyum lebar.
Saya juga tersenyum tapi tidak lebar. Tersenyum bingung. Saya ke sini mau kuliah bukan mau ospek. Toh ospek itu kan masalah biasa. Seingat saya selama bersekolah, cuma masuk TK dan SD saja yang tidak ada ospeknya. Masuk SMP diospek, SMA juga diospek.
Lalu sebulan setelah itu, tepatnya setelah daftar ulang di Bulan Mei 2009 (daftar ulang dulu coy!!!) kemudian saya mendapatkan kost di gang Kerto Sari, Cuma 10 menit berjalan kaki dari kampus dan gak jauh dari rumah temen saya di Kerto Raharjo. Sebenarnya saya merasa kerasan juga tinggal di rumah temen saya. Bahkan oleh orang tua disuruh ngeKos disana, namun apa daya, Kos-kosan milik temen saya itu sudah penuh. Masak iya saya harus tidur diruang TV terus. Gak mungkin kan.
“Ambil jurusan apa mbak?” tanya Maknyak, penjaga kost yang badannya tinggi besar seperti pegulat professional
“PWK buk,” jawab saya.
“PWK itu apa?” (tu kan bener, ditanya lagi)
“PWK itu Perencanaan wilayah dan Kota mbak, Planologi itu lho”
Wah…bakal sibuk ospek nih ntar kalau butuh nasi teknik bilang saja,” kata Maknyak..
“Ospeknya teknik itu yang paling lama, satu semester,” lanjutnya.
Lagi-lagi saya tersenyum bingung. Kenapa masalah ospek lagi yang dibicarakan. Lalu nasi teknik itu nasi model apa. Dan tidak hanya maknyak saja yang berbicara demikian. David anak Ibu kost yang masih kelas 6 juga, Mbak riri yang kuliah di Fakultas peternakan juga, nalsa sama Asti juga, teman-teman di kamar bawah juga. Semuanya berbicara senada, kecuali bapak kost, yang memang pendiam, tidak banyak bicara. Perasaan saya kok jadi tidak enak, deg-degan, antara penasaran dan takut.
Karena saya diterima lewat jalur PMDK, jadi waktu itu sekitar awal bulan Agustus saya sudah berada di Malang. Sudah kenalan sama teman sejurusan yang kenal dari Facebook. Dan sudah dengar desas desus menakutkan tentang ospek dari anak teman mama yang kebetulan satu fakultas juga.
Bahkan sebelum ospeknya dimulai fakultas tercinta sudah melaksanakan kegiatan pra ospek atau yang biasa mbak-mbak kos sebut pendataan. Isinya ya kurang lebih sama lah. Saya yang pada waktu itu baru mengambil jas almamater di rektorat (dan ternyata tidak dapat karena ukuran yang XL masih belum ada -.-) tiba-tiba dikejutkan oleh teman baru saya yang bilang kalau aka nada briefing tentang kegiatan yang akan dilakukan besok. Kita berdua yang pada waktu itu berjalan di sekitar gedung Elektro pun dicegat sama mbak-mbak judes yang sok tengil.
“Teknik ya?”, tanyanya sengak
“ii, ya mbak”, jawabku polos
Dialog percakapan lebih detailnya lupa saya, intinya kita berdua diajak ke ruangan yang isinya mbak-mbak serem yang belum pernah saya liat sebelumnya. ada yang saya kenal ternyata. Salah satu diantara mereka kakak kelas waktu SMA, makanya saya agak selengekan waktu bertatapan mata sama dia. Mbaknya malah kikuk, dan temen disebelahnya malah membektak saya . “ETIKANYA LHO DEK”.
Mampussss, piker saya waktu itu. Masuk kandang macan beneran ini.
Lalu saya dan temen saya dikasih petunjuk ruangan tempat kita besok pagi diruh datang dan barang bawaan apa saja yang wajib dibawa. Dan satu lagi kami berdua dikasih peta lokasi pusat informasi MABA TEKNIK a.k.a Mading Biru Teknik J
IQ saya yang dasarnya lemah ya mana ingat apa yang disebutin mbak-mbak serem tadi, ya udah deh jadinya malah neror temen saya itu yang kebetulan kosnya emang deket dari Mading Biru. Jadi bisa update informasi kapanpun.
Pagi itu saya dan temen saya dapat shift 1, yaitu masuk jam 7 pagi di depan Gedung Elektro (sesuai tulisan di Mading Biru).
“Mbak-mbak yang ngasih tau kita telat kayaknya, kataku pada beberapa temen, bukan hanya temen satu jurusan saja karena waktu itu saya juga satu shift dengan anak industry, TIF dan juga pengairan.
Kita yang gak boleh bawa HP dan Jam tangan (masih lugu coyyyy) nyantai aja pas disuruh ngikuti mbaknya ke gedung tak dikenal (Gedung Baru Arsitek). Gak taunya kita malah dimarah-marahin, dibilang kelamaan dandan makanya telat semua. Seperti dugaan saya, ospek itu ya ospek meskipun namanya diganti pendataan kek, brifing personal kek atau nama-nama lainnya. Begitulah ospek. Lelah, makan hati, mangkel, kesal, pasrah.
Tidak hanya berhenti disitu saja. Setelah diruangan tersebut kita digilir masuk dari satu ruang ke ruang lainnya. Pasti tau semualah alurnya :D
Kemudian siannya tidak bisa langsung istirahat karena ada kegiatan pegesahan keplek (tanda pengenal) fakultas dan jurusan. Keplek fakultas sih gak masalah, keplek jurusan ini yang bikin klepek-klepek. Gak jadi-jadi. Ukurannya gak proporsional, kertasnya salah salah lah… zzzzzz..
Sayang pada waktu hari H pelaksanaan OSPEK, tanggal 18 Agustus 2009. Secara mengejutkan ProbinMaba fakultas teknik ditiadakan. Kita malah disuruh pulang kerumah masing-masing. Ya namanya anak baru lulus SMA, gak jadi OSPEK ya seneng banget lah. Hehehe 
 putih-putih dibelakang dengan tas kresek biru, It's me TEKNIK :)

(jika ada yang kurang berkenan, saya mohon maaf, ini cerita saya pada saat masih lugu, polos bin gak tau apa-apa) 
♉(‾⌣‾)♉

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS